#dhedie_triks { position:fixed;_position:absolute;bottom:0px; left:0px; clip:inherit; _top:expression(document.documentElement.scrollTop+ document.documentElement.clientHeight-this.clientHeight); _left:expression(document.documentElement.scrollLeft+ document.documentElement.clientWidth - offsetWidth); }

Kamis, 09 Juni 2011

Pengaruh dan Hubungan ARLINDO dan Karakteristik massa air


Masih ingatkah kita sewaktu SD sampai SMA pada pelajaran geografi selalu dicekoki dengan doktrin keistimewaan posisi geografis Indonesia yang diapit dua benua besar yaitu Benua Asia dan Benua Australia.Selain itu diapit dua Lautan besar yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Posisi Indonesia juga terletak di antara garis ekuator yang memiliki iklim tropis dan radiasi matahari paling banyak diserap. Selain itu juga perairan Indonesia ini sangat unik karena adanya arus lintas Indonesia (ARLINDO) atau Indonesian througflow. Ini merupakan keistimewaan sendiri karena arus laut Indonesia ini sebagai pertukaran antar samudera. Secara lengkap dan pengaruh-pengaruhnya akan dijelaskan sebagai berikutnya.
            Arlindo adalah suatu sistem di perairan Indonesia di mana terjadi lintasan arus yang membawa massa air dari Lautan Pasifik ke Lautan Hindia. Massa air Pasifik tersebut terdiri atas massa air Pasifik Utara dan Pasifik Selatan (Wyrtki, 1961; Fieux et al., 1996a).  Terjadinya arlindo terutama disebabkan oleh bertiupnya angin pasat tenggara di bagian selatan Pasifik dari wilayah Indonesia.  Angin tersebut mengakibatkan permukaan bagian tropik Lautan Pasifik Barat lebih tinggi dari pada Lautan Hindia bagian timur.  Hasilnya terjadinya gradien tekanan yang mengakibatkan mengalirnya arus dari Lautan Pasifik ke Lautan Hindia.  Arus lintas Indonesia selama Muson Tenggara umumnya lebih kuat dari pada di Muson Barat Laut. Webster et al. (1998) menyatakan bahwa aliran bahang Arlindo’…adalah dapat dibandingkan terhadap aliran bersih permukaan di utara samudra Hindia dan sejumlah fraksi substansial dari aliran bahangnya’. Beberapa hasil model penelitian mengungkapkan ketergantungan suhu permukaan dan simpanan bahang permukaan samudra Pasifik dan Hindia terhadap arus lintas ini. Kedua samudra tersebut akan sangat berbeda jika tanpa Arlindo (MacDonald, 1993). Ketiadaan Arlindo akan meningkatkan permukaan laut di Pasifik dan menurunkannya di Hindia sebanyak 2-10 cm.
            Sumber air yang dibawa oleh Arlindo berasal dari Lautan Pasifik bagian utara dan selatan.  Perairan Selat Makasar dan Laut Flores lebih banyak dipengaruhi oleh massa air laut Pasifik Utara sedangkan Laut Seram dan Halmahera lebih banyak dipengaruhi oleh massa air dari Pasifik Selatan.  Gordon et al. (1994) mengatakan bahwa massa air Pasifik masuk kepulauan Indonesia melalui 2 (dua) jalur utama, yaitu:
1.      Jalur barat dimana massa air masuk melalui Laut Sulawesi dan Basin Makasar. Sebagian massa air akan mengalir melalui Selat Lombok dan berakhir di Lautan Hindia sedangkan sebagian lagi dibelokan ke arah timur terus ke Laut Flores hingga Laut Banda dan kemudian keluar ke Lautan Hindia melalui Laut Timor.
2.      Jalur timur dimana massa air masuk melalui Laut Halmahera dan Laut Maluku terus ke Laut Banda.  Dari Laut Banda, menurut Gordon (1986) dan Gordon et al.,(1994) massa air akan mengalir mengikuti 2 (dua) rute.  Rute utara Pulau Timor melalui Selat Ombai, antara Pulau Alor dan Pulau Timor, masuk ke Laut Sawu dan Selat Rote, sedangkan rute selatan Pulau Timor melalui Basin Timor dan Selat Timor, antara Pulau Rote dan paparan benua Australia.
            Struktur massa air perairan Indonesia umumnya dipengaruhi karakteristik massa air Lautan Pasifik dan sistem angin muson. Dimana pada Musim Barat (Desember – Pebruari) bertiup angin muson barat laut di bagian selatan katulistiwa dan timur laut di utara katulistiwa, karakteristik massa air perairan Indonesia umumnya ditandai dengan salinitas yang lebih rendah, sedangkan pada Musim Tmur (Juni – Agustus) bertiup angin muson tenggara di selatan katulistiwa dan barat daya di utara katulistiwa, perairan Indonesia memiliki karakteristik dengan nilai salinitas yang lebih tinggi.
            Dengan melihat akan keberadaan perairan Indonesia dimana karena adanya perbedaan pola angin yang secara langsung mempengaruhi pola arus permukaan perairan Indonesia dan perubahan karakteristik massa diduga dapat mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap tingkat produktivitas perairan.  Keadaan ini tergantung pada berbagai hal, seperti bagaimana sebaran faktor fisik-kimia perairan.
gambar 1. Skema pendekatan masalah hubungan Arlindo dengan karakteristik massa air dan pengaruhnya di perairan Indonesia.
            Selain itu pergerakan arus lintas Indonesia (Arlindo) dapat mempengaruhi perubahan iklim global, memicu kehadiran variabilitas iklim ekstrem, seperti El Nino dan La Nina, serta berdampak pada kondisi pertanian, perikanan, dan kebakaran hutan serta akan gagal panen secara besar-besaran.
            Walaupun pada saat terjadinya El Nino terjadi penurunan volume massa air yang bergerak dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia. Kosongnya massa air di wilayah perairan Indonesia tadi kemudian mendorong munculnya up welling dan meningkatkan jumlah klorofil sehingga di perairan Indonesia akan panen ikan.
            Upwelling sendiri yaitu naiknya massa air dari bawah permukaan ke atas permukaan, yang juga kaya nutrient. Tingginya produktivitas di laut terbuka yang mengalami upwelling disebabkan karena adanya pengkayaan nutrien pada lapisan permukaan tercampur yang dihasilkan melalui proses pengangkatan massa air dalam. Seperti yang dikemukakan oleh Cullen et al. (1992) bahwa konsentrasi klorofil-a dan laju produktivitas primer meningkat di sekitar ekuator, dimana terjadi aliran nutrien secara vertikal akibat adanya upwelling di daerah divergensi ekuator.
Dengan adanya Upwelling yang kaya akan nutrien secara tidak langsung produktivitas primer perairan tersebut akan meningkat, karena fakto-faktor yang mempengaruhi diantaranya :
  1. cahaya merupakan salah satu faktor yang menentukan distribusi klorofil-a di laut. Di laut lepas, pada lapisan permukaan tercampur tersedia cukup banyak cahaya matahari untuk proses fotosintesa.
  2. Nutrien adalah semua unsur dan senjawa yang dibutuhkan oleh tumbuhan-tumbuhan dan berada dalam bentuk material organik (misalnya amonia, nitrat) dan anorganik terlarut (asam amino). Elemen-elemen nutrien utama yang dibutuhkan dalam jumlah besar adalah karbon, nitrogen, fosfor, oksigen, silikon, magnesium, potassium, dan kalsium, sedangkan nutrien trace element dibutuhkan dalam konsentrasi sangat kecil, yakni besi, copper, dam vanadium (Levinton, 1982).
  3. Suhu dapat mempengaruhi fotosintesa di laut baik secara langsung maupun tidak langsung.  Pengaruh secara langsung yakni suhu berperan untuk mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesa. Tinggi suhu dapat menaikkan laju maksimum fotosintesa (Pmax), sedangkan pengaruh secara tidak langsung yakni dalam merubah struktur hidrologi kolom perairan yang dapat mempengaruhi distribusi fitoplankton.
Beberapa daerah-daerah perairan Indonesia yang mengalami upwelling akibat pengaruh pola angin muson adalah Laut Banda, dan Laut Arafura (Wyrtki, 1961), Selatan Jawa  dan  Bali dan Laut Timor (Tubalawony, 2000).
Ada yang lebih menarik lagi dengan adanya arus lintas Indonesia (ARLINDO) menurut Dr Edvin Aldrian bahwa laut kita merupakan laut yang berpotensi menyerap karbon contohnya di Selat Lombok. Kalau arus permukaan dihitung sebagai emisi karena panas, tetapi di dalam laut tidak seperti itu, karena arus itu tiga dimensi,” katanya
Dengan adanya pergerakan arus lintas Indonesia ini program pemantauan laut Indonesia harus segera digencarkan agar kita mampu memprediksi adanya El Nino dan La Nina serta pengaruh lainnya lebih awal karena peristiwa ini secara langsung dan tidak langsung akan mendatangkan kerugian besar walaupun ada sisi manfaat dan berperan juga.
Kesimpulan :
            Jadi, Karaktersitik massa air perairan Indonesia umumnya dipengaruhi oleh sistem angin muson yang bertiup di wilayah Indonesia dan adanya arus lintas Indonesia (arlindo) yang membawa massa air Lautan Pasifik Utara dan Selatan menuju Lautan Hindia.  Pengaruh tersebut mengakibat suhu permukaan perairan Indonesia lebih dingin dengan salinitas yang lebih tinggi sebagai pengaruh terjadinya upwelling di beberapa daerah selama musim timur dan juga akibat dari masuknya massa air Lautan Pasifik, sedangkan pada musim barat, suhu permukaan perairan lebih hangat dengan salinitas yang lebih rendah. Rendahnya salinitas akibat pengaruh massa air dari Indonesia bagian barat yang banyak bermuara sungai-sungai besar.
            Selama musim timur, dibeberapa bagian dari perairan Indonesia mengalami upwelling dan percampuran massa air yang mengakibatkan terjadinya pengkayaan nutrien pada lapisan permukaan tercampur dan mengakibatkan tingginya produktivitas primer perairan bila dibandingkan dengan musim barat.
Referensi :
  • Ø Arus Lintas Indonesia ARLINDO BRKP DKP, Badan Riset dan Observasi Kelautan BROK, Oseanografi’s blog’s.
  • MUKHTAR A.Pi. M.Si , arus-laut-indonesia-juga-serap-karbon.2009
  • Irmudyawati Lamona, Indonesia; Mengapa Laut Kita Istimewa Untuk Interaksi Laut-Atmosfer?.2005
  • Webster, P., V. Magana,T. Palmer et al., 1998. Monsoon: processes, predictability, and the prospects for prediction. J. Geophys. Res. 103, 14451-14510. [4.7].
  • Soesilo, Indroyono. 2004. Survei toponim pulau-pulau dengan satelit. Kompas.
  • MacDonald, 1993. Property fluxes at 300S and their implications for the Pacific-Indian throughflow and the global heat budget. J. Geophys. Res. 98, 6851-6868. [4.7, 6.1]
  • Gordon, Arnold. R.D. Susanto. K. Vranes. 2003. Cool Indonesian throughflow as a consequence of restricted surface layer flow. Nature, 425, 824-828.
  • http://coremap.or.id/downloads/0737.pdf+pengaruh+arus+lintas+indonesia+terhadap+perubahan+iklim+global
  • Cullen, J. J., M. R. Lewis, C. O. Davis, and R. T. Barber, 1992. Photosynthetic Characteristics and Estimated Growth Rates Incate Grazing is the Proximate Control of Primary Production in the Equatorial Pacific. J. Geophys. Res., 97 (C1): 639 – 654.
  • Fieux, M., C. Andrie, E. Charriaud, A. G. Ilahude, N. Metzl, R. Molcard, and J. C. Swallow, 1996 a. Hydrological and Chlorofluoromenthane Measurements of the Indonesian Throughflow Entering the Indian Ocean. J. Geophys. Res., 101 (C5): 12,433 – 12,454.
  • Levinton, J. S., 1982. Marine Ecology. Printice – Hall inc.
  • Wyrtki, K., 1961. Physical Oceanography of the Southeast Asean Waters, NAGA Rep. 2. Scripps Inst. of  Oceanography La jolla, Calif.
  • Tubalawony Simon, PENGARUH FAKTOR-FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN INDONESIA.2001

Arus lintas indonesia ( ARLINDO )


         Arlindo adalah arus dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia lewat selat-selat  yang disebabkan oleh perbedaan Tinggi Paras Laut antara kedua samudra tersebut.
Arlindo merupakan bagian penting dalam sirkulasi samudra dunia dalam penghantaran panas (heat). Dalam kondisi normal, di perairan Pasifik di sebelah Utara Irian terdapat kolam Air Hangat (Warm Water Pool) yang disebabkan oleh menumpuknya air yang terbawa oleh  Katulistiwa Selatan karena hembusan Angin Pasat (trade winds) di Pasifik. Massa air yang terangkut oleh Arlindo dipengaruhi oleh adanya El Niño dan La Niña. Dampak El Niño dan La Niña terhadap kehidupan di laut Nusantara belum banyak dikaji. Terdapat beberapa kenyataan yang menunjukkan terjadinya pemutihan karang (coral bleaching) yang dapat dikaitkan dengan El Niño. Kajian terintegrasi mengenai El Niño perlu ditingkatkan untuk mengantisipasi dampak negatif yang dapat ditimbulkannya.

Selasa, 07 Juni 2011

Sedimentasi

"... Sedimentasi ..."


Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut. Sedimen meliputi tanah dan pasir, berifat tersuspensi, yang masuk ke badan air akibat erosi atau banjir dan pada dasarnya tidaklah bersifat toksik. Sedimen di dalam air berupa bahan-bahan tersuspensi (Effendi, 2000). Sedimentasi pada dasarnya merupakan kerak bumi (regolith) yang ditransportasikan melalui proses hidrologi dari suatu tempat ke tempat yang lain, baik secara vertical maupun secara horizontal. Seluruh permukaan dasar laut ditutupi oleh partikel-partikel sedimen yang diendapkan secara perlahan-lahan dalam jangka waktu berjuta-juta tahun (Garrison 2005, dalam Rianto 2010).

Batuan endapan atau batuan sedimen adalah salah satu dari tiga kelompok utama batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis) yang terbentuk melalui tiga cara utama: pelapukan batuan lain (clastic); pengendapan (deposition) karena aktivitas biogenik; dan pengendapan (precipitation) dari larutan. Jenis batuan umum seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung, termasuk dalam batuan sedimen. Batuan sedimen meliputi 75% dari permukaan bumi. Pipkin (1977) menyatakan bahwa sedimen adalah pecahan, mineral, atau material organik yang ditransforkan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, angin, es, atau oleh airdan juga termasuk didalamnya material yang diendapakan dari material yang melayang dalam air atau dalam bentuk larutan kimia.

Keberadaan sedimen pada badan air mengakibatkan peningkatan kekeruhan perairan yang selanjutnya menghambat penetrasi cahaya dan transfer oksigen dari atmosfer ke perairan, juga menghambat daya lihat (visibilitas) organisme akuatik. Sedimen juga dapat menyebabkan hilangnya tempat memijah yang sesuai bagi ikan. Sedimen dapat menutupi substrat sehingga organisme yang membutuhkan substrat sebagai tempat hidupnya (seperti perifiton) dan sebagai tempat berlindung menjadi terganggu kelangsungan hidupnya (Effendi, 2000).

Sumber dan Karakteristik Fisik, Kimia, dan Biologi
Menurut Mero(1965), Sedimentasi di perairan pesisir terjadi perlahan dan berlangsung menerus selama suplai muatan sedimen yang tinggi terus berlangsung. Perubahan laju sedimentasi dapat terjadi bila terjadi perubahan kondisi lingkungan fisik di daerah aliran sungai terkait. Pembukaan lahan yang meningkatkan erosi permukaan dapat meningkatkan laju sedimentasi. Sebaliknya, pembangunan dam atau pengalihan aliran sungai dapat merubah kondisi sedimentasi menjadi kondisi erosional. Bila sedimentasi semata-mata karena tranportasi muatan sedimen sepanjang pantai, laju sedimentasi yang terjadi relatif lebih lambat bila dibandingkan dengan sedimentasi yang mendapat suplai muatan sedimen dari daratan. Jenis-jenis sedimen dapat dibagi kedalam tiga kelompok dengan melihat dari mana sumbernya berasal.

  • Sedimen Lithogenous
 Jenis sediment ini berasal dari pengikisan batu-batuan di darat. Hal ini dapat rejadi karena adanya suatu kondisi fisik yand ekstim, seperti yang di sebabkan oleh danaynya proses pemanasan dan pendinginan terhadap batu-batuan yang terjadi secara berulang di padang pasir, oleh karena adanya embun- embundi musim dingin, atau karena adanya aksi kimia dari larutan bahan-bahan yang terdapat di dalam air hujan atau air tanah terhadap permukaan batu.

Partikel-partikel batuan diangkut dari darat ke laut oleh sungai-sungai. Berapa sungai di dunia yang mengalir di daerah yang begitu luas akan memindahkan sejumlah besar sediment ke dalam lautan. Begitu sediment mencapai lautan penyebarannya kemudian ditentukan terutama oleh sifat-sifat fisik dari partikel-partikel itu sendiri, khususnya oleh lamanya mereka tinggal melayang-layang dilapisan ( kolom ) air. Partikel-partikel yang berukuran besar cenderung untuk lebih cepat tenggelam dan menetap dari yang berukuran lebih kecil. Kecepatan tenggelamnya partikel-partikel ini telah dihitung dimana jenis partikel pasir hanay memerlukan waktu kira-kira 1,8 hari untuk tenggelam dan menetap di lapisan atas dasar laut yang mempunyai kedalaman 4000 meter. Sedangkan jenis partikel lumpur lebih kecil membutuhkan waktu kira-kira 85 hari dan jenis partikel tanah liat membutuhkan waktu kira-kira 51 juta tahun pada kedalaman kolom air yang sama. Endapan tanah liat dan lumpur diankut lebih jauh ke tengah laut dan kebanyakan akan mengendap pada daerah continental shelf  dan oleh karena itu partikel-partikel yang berukuran paling kecil cenderung untuk diendapkan pada dasar laut yang dalam.

  • Sedimen Biogenous
Sisa-sisa rangaka dari organisme hidup juga akan membentuk endapan partikel-partikel halus yng dinamakan ooze yang biasanya mengendap pada daerah-daerah yang letaknya jauh dari pantai. Sedimen ini digolongkan kedalam dua tipe utama yaitu calca reous dan siliceous ooze, dimana hal ini tergantung pada jenis organisme dari mana mereka berasal dan macam bahan yang telah bergabung ke dalam kulit atau ranka mereka.
  Tipe Calcareous
·         Globerigina Ooze : Globerigina dalah salah satu grupdari organisme yang bersel tunggal yang dikenal sebagai Foraminifera di mana kulitnya mengandung calsium carbonat (zat kapur).sisa-sisa mereka membentuk ooze yang menutupu 35% bagian permukaan dasar laut yang relative kebanyakan dijumpai di daerah-daerah panas dunia.
·         Pteropod Ooze : Pteropod dalah golongan moluska yang bersofat sebagai plankton di mana tubuh mereka mempunyai kulit (shell) yang mengandung zat kapur.Ooze yang terbentuk dari mereka dan menutupi dasar laut hanya berjumlah 15 saja, walaupun kadang-kadang mereka ini sudah bercampur dengan ooze jenis lain.
     Tipe Siliceous 

·         Datom Ooze : diatom adalah golongan tumbuh-tumbuhan yang bersel tunggal yang mempunyai kulit yang mengandung silica. Ooze yang terbentuk menutupi 9% permukaan dasar laut. Mereka banyak dijumpai di daerah-daerah yang leih dingin yang bersalinitas rendah seperti daerah Lautan Hindia yangterletak pada bagian paling selatan
·         Radiolaria Ooze : adalah golongan protozoa bersel satu di mana bentuk endapannya menutupi 1-2% permukaan dasar laut
·         Red Clay Ooze : Bentuk ooze ini mempunyai kandungan silica yang tinggi, tetapi darimana asal mereka sampai saat ini masih merupakan pertanyaan

  • Sedimen Hydrogenous
Jenis partikel dari sedimen golongan ini dibentuk dibentuk sebagai hasil reaksi kimia dalam air laut. Sebagai contoh manganese nodules (bungkahan-bungkahan mangan) berasal dari endapan lapisan oksida dan hidroksida dari besi dan mangan yang terdapat di dalam sebuah rangkaian lapisan konsentris di sekitar pecahan batu atau runruhan puing-puing. Jenis logan-logan lain seperti copper (tembaga), cobalt dan nikel juga tergabung di dalamnya. Reaksi kimia yang terjadi disini relative lebih lambat, di mana membentuk sebuah nodule yang besar diperlukan waktu selama berjuta-juta tahun dan proses ini kemudian akan berhenti sama sekali jika nodule telah terkubur dalam sediment. Sebagai akibatnya nodule-nodule ini menjadi begitu banyak dijumpai di Lautan Pasifik daripada di Lautan Atlantik. Hal ini disebabkan karena tingkat kecepatan proses sedimentasi untuk mengukur nodule-nodule yang terjadi di Lautan Pasifik lebih lambat jika dibandingkan dengan Lautan atlantik.

Analisis bentuk eksternal dan tekstur internal benda geologi dari penampang rekaman seismik dikenal dengan analisa fasies seismik atau seismic facies analysis. Terdapat 8 jenis bentuk eksternal benda geologi: sheet, sheet drape, wedge, bank, lens, mound, fan dan fill.

Tabel.  Kasifikasi sedimen berdasarkan ukuran
from seandy_

Minggu, 05 Juni 2011

"... Prosedur DO ..."


A. Prosedur Analisa Oksigen Terlarut
1.      Masukkan air sampel ke dalam botol DO sebanyak 250 ml, hindari terjadi “bubling”
2.      Tambahkan 1 ml MnCl2
3.      Tambahkan 1 ml NaOH-KI
4.      Tutup botol, kemudian botol dibolak-balik
5.      Biarkan larutan mengendap, setelah mengendap (endapan kuning/cokelat) ± 5-10 menit
6.      Tambahkan 2 ml H2SO4, bolak-balik botol hingga semua endapan larut kembali (warna kuning)
7.      Ambil dengan gelas ukur sebanyak 50 ml, pindahkan ke erlenmeyer, kemudian titrasi dengan Na-tiosulfat hingga warna kuning muda/pucat mendekati bening
8.      Tambahkan amilum ± 6 tetes, maka akan terbentuk warna biru
9.      Titrasi lagi dengan Na-tiosulfat hingga larutan berubah pertama kali menjadi bening
10.  Catat seluruh volum tiosulfat yang terpakai untuk titrasi

B. Prosedur Pengukuran BOD
1.      Ambil contoh air sebanyak ± 500 ml, aerasi selama 5-10 menit
2.      Ambil contoh air yang telah diaerasi sebanyak 250 ml, kemudian ukur DO-nya
3.      Hasil pengukuran DO tersebut dijadikan sebagai nilai awal (DO0)
4.      Ambil juga 250 ml air yang sudah diaerasi sisanya masukkan ke dalam botol DO, inkubasi selama 5 hari dalam keadaan gelap dan suhu ± 20 °C
5.      Setelah 5 hari, ukur DO pada hari ke-5